Text
Panggil aku Osama
Buku karya Chaidir ini masih berisi pandangan-pandanganya tentang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Sebagai ketua DPRD Riau yang memiliki banyak ruang yang luas untuk mendapatkan informasi, wajar jika Chaidir menuliskan informasi tersebut.
Justru menjadi tidak wajar jika yang terjadi adalah sebaliknya. Hal itu akan mendatangkan sebuah kecurigaan dan pertanyaan: apakah para pejabat itu tidak peka dengan keadaan rakyat (meskipun menulis itu berkait dengan hobi dan kemampuan seseorang)? Untuk itu, buku ini perlu dibaca, minimal untuk mengetahui kondisi daerah (khususnya Riau) menurut orang yang memperjuangkannya.
Pada awalnya, buku ini merupakan kumpulan esai dan kolom Chaidir yang tercerai-berai di tabloid Mentari, yang terbit di Riau, sepanjang tahun 2001. Namun, dalam buku ini, tulisan-tulisan tersebut disusun sedemikian rupa sehingga tampak seperti perjalanan hidup yang “diinginkan” oleh Chaidir, yaitu membaca, berbicara, berperilaku, dan berserah diri kepada Tuhan. Ini adalah pola tulisan yang juga tampak pada tiga buku Chaidir lainya, yaitu Membaca Ombak, 1001 Sadam, dan Berutang pada Rakyat.
Sehubungan dengan itu, dalam tulisan-tulisannya, Chaidir tampak ingin berbagi informasi dan terkadang juga solusi terhadap masalah-masalah di atas, khususnya pada bagian satu, dua, dan tiga dalam buku ini. Di sisi lain, pada bagian tokoh, Chaidir tampak ingin bercermin diri dengan tokoh-tokoh yang ditulisnya (salah satunya Osama Bin Laden). Namun, pada buku Panggil Aku Osama ini, Chaidir ingin mengingatkan pejabat rakyat agar peka dengan masalah yang dihadapi rakyat, khususnya pejabat di pemerintahan Riau.
BPP00001265 | 301 CHA p | Badan Penelitian Pengembangan Kemdagri | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain