Text
Sosiologi agama: suatu pengenalan awal
Buku yang berjudul Sosiologi Agama; suatu pengenalan awal yang ditulis oleh Thomas. F. O. Dea tersebut terdiri dari enam bab dan jumlah halaman 225. Setiap bab memiliki pokok masing-masing dan sub pokok yang mendukung.
Agama dan Masyarakat dalam pendekatan kaum fungsionalisme. Agama tentu tak bisa dipisahkan dari masyarakat. Karena masyarakat adalah suatu realitas yang menjadi pelaku keagamaan tersebut. Agama yang menyangkut kepercayaan serta berbagai prakteknya, benar-benar merupakan masalah sosial dan sampai saat ini masih ditemukan dalam setiap masyarakat. Dalam masyarakat yang sudah mapan, agama merupakan salah satu struktur institusional yang penting dalam melengkapi seluruh sistem sosial. Namun masalah agama berbeda dengan masalah pemerintahan dan hukum. Perbandingan antara aktivitas keagamaan dan aktivitas yang lain mempunyai kepentingan yang sama. Agama menjadi ciri-ciri dari pemersatu aspirasi manusia yang paling sublim. Seperti moralitas dan sumber tatanan masyarakat dan perdamaian batin individu.
Emile Durkheim seorang pelopor sosiologi agama di Prancis mengatakan bahwa agama merupakan sumber semua kebudayaan yang sangat tinggi, sedangkan Marx mengatakan bahwa agama adalah candu bagi manusia. Dalam hubungan dengan teori fungsionalisme dapat dikatakan sosiologi agama dipengaruhi juga oleh teori ini. Teori ini memandang masyarakat sebagai suatu lembaga sosial yang berada dalam keseimbangan; yang memolakan kegiatan-keigatan manusia dalam norma-norma yang dianut bersama. Kebudayaan merupakan suatu sistem makna-makna simbolis yang sebagian diantaranya menentukan realitas sebagaimana diyakini dan yang sebagian lain menentukan harapan-harapan normatif yang dibebankan kepada manusia. Kebudayaan bagi manusia merupakan kreasi dunia penyesuaian dan kemaknaan dalam konteks mana kehidupan manusia dapat dijalankan dengan penuh arti. Teori fungsionalisme melihat manusia dalam masyarakat sebagai ditandai oleh dua tipe kebutuhan dan dua jenis kecenderungan bertindak. Selama kebutuhan itu mendapatkan pengungkapan dan jalan keluar maka jawaban terhadap teori fungsionalisme bahwa agama mempunyai fungsi dan bahkan memerankan sejumlah fungsi. Dari sudut pandang fungsionalisme agama telah dibatasi sebagai pendayagunaan sarana non-empiris atau supra-empiris untuk maksud-maksud non-empiris.
Fungsi agama dan magis, dalam membedakannya, Malinowski menganggap magis mempunyai tujuan dan dalam pengejaran tujuan itu upacara magis dilakukan. Ritus keagaaman mengungkapkan perasaan semua orang yang melibatkan diri. Sedang dalam kegiatan magis tujuan serta prinsip yang mendasarinya selalu jelas dan lurus dan pasti. Sedangkan dalam upacara keagamaan tidak terdapat tujuan yang diarahkan kepada peristiwa yang akan terjadi. Dalam agama dan magis, ritus menunjukkan dua ciri khas. Pertama, membangkitkan kembali situasi awal dengan memunculkan dan katarsis perasaan yang tepat. Kedua, mengalihkan perhatian dari beberapa aspek lainnya.
Dari teori fungsional dapat menyebutkan enam fungsi dari agama. 1) agama mendasarkan perhatiannya pada sesuatu yang di luar jangkuan manusia yang melibatkan takdir dan kesejahteraan. 2) agama menawarkan suatu hubungan transendental melalui pemujaan dan upacara ibadar, karena itu memberikan dasar emosionala bagi rasa aman baru dan identitas yang lebih kuat ditengah ketidakpastian dan ketidakmungkinan kondisi manusia dan arus serta perubahan sejarah. 3) agama mencuilkan norma-norma dan nilai masyarakat yang telah terbentuk, mempertahankan dominasi tujuan kelompok di atas keinginan individu dan disiplin kelompok. 4) agama dapat memberikan standar nilai dalam arti dimana norma-norma yang telah terlembaga dapat dikaji kembali secara kritis. 5) agama melakukan fungsi identitas yang penting. 6) agama bersangkut paut dengan pertumbuhan dan kedewasaan individu dan perjalanan hidup melalui tingkat usia yang ditentukan oleh masyarakat.
BPP00002660 | 306.6 THO s | Badan Penelitian Pengembangan Kemdagri | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain