Text
Melayu Jawa: citra budaya dan sejarah Palembang
Di masa awal rezim Orde Baru, Djohan akhirnya lebih banyak bergelut di dunia bisnis. Dia ingin membangun kekuatan ekonomi. Sebab menurut Djohan masyarakat yang selamat dalam perubahan politik adalah mereka yang sebagian besar memiliki kemampuan atau basis ekonomi yang baik.
Tahun 1967-1971, Djohan Hanafiah menjadi Representative Area Sumatra for CIBA-GEIGY. Selanjutnya pindah menjadi Sales Manager for Southern Sumatra Grolier International hingga tahun 1973, lalu membuat perusahaan sendiri yakni CV.Mitra, authorized dealer VOLKSWAGEN di Palembang hingga tahun 1975. Lalu Djohan terjun sebagai pengurus HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) dan KADIN (Kamar Dagang Indonesia).
Bisnisnya terus berkembang hingga memimpin sejumlah perusahaan di Palembang. Dan, terakhir dia sebagai Direktur Utama PT.Tejacatur Primaperkasa hingga 1993, sebelum akhirnya memutuskan terjun ke politik dan memberikan waktu yang lebih banyak buat melacak dan menggali sejarah dan budaya Palembang. Sejak 1992-1997 Djohan Hanafiah menjadi anggota DPRD Sumatera Selatan, dan kembali terpilih menjadi wakil rakyat sejak 1999-2004.
Beberapa tahun menjelang Soeharto turun, Djohan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk kerja kebudayaan. Dia menulis sejumlah buku sejarah dan budaya, termasuk menjadi tokoh penggerak kebudayaan Melayu di Asia Tenggara.
Basis ekonomi ini pula yang mendukung suami dari Napisah (almarhum) untuk mengumpulkan bahan-bahan sejarah, baik berupa buku maupun dokumen lainnya. Djohan pun melakukan sejumlah perjalanan ke berbagai daerah di Indonesia, maupun perjalanan ke ke luar negeri seperti Belanda, guna mendapatkan dokumen sejarah budaya Palembang.
Setelah mengundurkan diri sebagai pengusaha, Djohan mulai menerbitkan banyak buku, artikel, esai, mengenai sejarah dan budaya Palembang. Bersamaan dengan itu, pelacakan sejarah atau bukti-bukti baru mengenai sejarah Palembang dan Sumatra Selatan terus diburu mantan Ketua Dewan Kesenian Sumatra Selatan ini.
Buah dari totalitasnya ini Djohan Hanafiah mendapat penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden Megawati Soekarnoputri tahun 2004. Penghargaan juga datang dari Malaysia yakni 3rd Malay and Islamic World Convention di Melaka 2002, oleh Dr.M. Mahatir, Prime Minister Malaysia, serta sejumlah penghargaan lainnya. Dapat dikatakan pelacakan kembali sejarah Palembang yang mulai marak tahun 1980-an akhir, semua bermula dari pembacaan atas buku atau artikel sejarah dan budaya yang ditulis Djohan Hanafiah.
BPP00002633 | 307 DJO m | Badan Penelitian Pengembangan Kemdagri | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain