Text
Kota Pelabuhan Barus Jalur Utama Rempah di Bagian Barat Pada Masa Kejayaan Nusantara
Kajian ini adalah tentang pelabuhan Barus sebagai pelabuhan rempah pada masa kuno yang telah memudar peranannya di pantai barat Pulau Sumatera. Bandar ini terletak pada posisi yang strategis, menghadap ke Samudra Hindia Perairannya tenang sehingga kapal dapat merapat ke pantai dan masuk ke muara Sungai Aek Sirahar dan Aek Maco. Tujuan kajian ini adalah menjelaskan dinamika perdagangan rempah di pelabuhan ini sejak abad ke-9, abad ke-12, abad ke-16, dan abad ke17. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, yang meliputu heuristik, kritik, interpretsi, dan historiografi. Peranan bandar ini sangat penting dalam perdagangan rempah Nusantara di bagian barat sejak masa silam. Rempah yang diperjualbelikan di Barus adalah komoditi utama yang yang dicari oleh para pedagang Tamil, Gujarat, India, Arab, Mesir, Persia, Romawi, Mediterania, dan Cina sejak abad ke-7 Masehi. Berbagai jenis rempah seperti gambir, kayu manis, cengkeh, pala, damar, rotan, kayu cendana, gading gajah, merica (lada) dan rempah-rempah lainnya, yang juga dicari oleh para pedagang yang berasal dari Nusantara sendiri dan pedagang asing. Rempah-rempah tersebut dibawa dari daerah pedalaman melalui sungai-sungai yang mengalir dari dataran tinggi Toba. Para saudagar asing tertarik untuk berdagang ke pelabuhan Barus karena rempah-rempah yang mereka peroleh bermutu tinggi. Tidak mengherankan bahwa satu-satunya pelayaran di bagian barat Nusantara yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia ketika itu adalah Barus.
BPP00010869 | Badan Penelitian Pengembangan Kemdagri | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain