Text
Laporan akhir kajian aktual: Karakteristik inovasi daerah berbasis potensi wilayah
Era desentralisasi menjadikan daerah memiliki kewenangan untuk menentukan arah pembangunannya. Lepasnya belenggu sentralisasi diharapkan dapat memacu kreatifitas daerah, meningkatnya daya inovasi, mengasah kepekaan terhadap permasalahan lokal, meningkatnya transparansi dan demokratisasi, serta sederet harapan mulia lainnya yang menunjang kemandirian daerah. Disini menunjukkan era otonomi daerah menjadikan setiap daerah mempunyai ruang yang cukup untuk mendesain kebijakan dan program yang sejalan dengan kebutuhan masyarakat (citizen's need) dan bermuara pada kemajuan daerah, salah satunya melalui inovasi daerah. Inovasi daerah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan daya saing daerah, peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah, terwujudnya layanan bagi masyarakat daerah yang semakin baik, terwujudnya good governance, penguatan kelembagaan pemerintah daerah dan terciptanya kearifan lokal. Pelaksanaan inovasi daerah menuntut adanya karakteristik sesuai dengan potensi wilayahnya. Potensi wilayah merupakan suatu sumber daya yang dapat dimanfaatkan bagi suatu wilayah tersebut baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Dengan bermodalkan sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang ada, karakteristik inovasi menjadi mudah untuk diperhitungkan dalam mengukur perencanaan pembangunan. Kebijakan pemerintah yang berbasis kearifan lokal dipastikan pula memberikan dampak yang sangat positif bagi perkembangan masyarakat setempat. Kreasi dan inovasi dari pemerintah daerah itu tidak harus selalu berbau teknologi, yang belum tentu berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi masyarakat kecil. Beberapa Karakteristik inovasi daerah di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Sleman Provinsi Yogyakarta adalah : (1) Kota Bandung memiliki inovasi yang unggul terutama dalam penyediaan lahan hijau bagi taman yang berada di Kota Bandung, pembentukan satpol PP cantik, PIPPK. Inovasi yang belum mencapai aspek keunggulan seperti pada bidang industri produk yang ada kurang memberikan ciri khas tertentu dan pelaku masih cenderung berskala kecil serta memiliki dampak ekonomis yang masih kurang. Khusus di Kabupaten Sleman, keunggulan inovasinya memiliki ciri khas, seperti salak pondoh, desa wisata; (2) Kota Bandung dalam bidang industri belum mencerminkan kearifan lokal sedangkan Kabupaten Sleman telah mengkonsepkan unsur kearifan lokal dalam inovasinya, seperti desa wisata yang memiliki konsep participatory based; (3) Kota Bandung dan Kabupaten Sleman melakukan uji coba inovasi kepada masyarakat sebagai bahan evaluasi pengembangan inovasi. Dalam bidang pariwisata, terlebih dahulu dilihat penentuan lokasi dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan serta memperhitungkan dampak yang akan timbul apabila pariwisata tersebut berkembang. Seperti penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan teknologi ke dalam inovasi, dampak terhadap lingkungan, dan sebagainya; (4) Kota Bandung dalam bidang industri maupun bidang inovasi lainnya masih mudah ditiru dalam hal desain, kualitas. Pada Kabupaten Sleman, khususnya pada pembibitan salak, mengalami krisis ketersediaan bahan baku, pemenuhan kebutuhan bibit didapat dari desa tetangga. Faktor yang mempengaruhi pembentukan karakteristik inovasi di kedua sampel1. Kota Bandung Provinsi Jawa Barat dipengaruhi (1) adanya kebijakan pemerintah dan masyarakat dalam mengusulkan ide inovasi, (2) pemetaan tematik kewilayahan yang di dalamnya mencakup identifikasi jenis dan persebaran potensi ekonomi unggulan wilayah (3) adanya kerjasama dengan pengembangan sentra OVOP di Kota Bandung, (4) Adanya pembangunan kapasitas lokal (sumber daya alam, manusia, kelembagaan), 2. Kabupaten Sleman Provinsi DI.Yogyakarta dipengaruhi (1) potensi alam yang sangat besar, (2) kuatnya pelibatnya pemerintah dalam memberikan pelatihan budidaya salak, (3) adanya SOP budidaya salak, (4) replikasi inovasi, (5) HAKI budidaya salak.
BPP00010758 | R 608.7598 RAY l | Badan Penelitian Pengembangan Kemdagri | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain