Text
Orang-orang yang dipaksa kalah: penguasa dan aparat keamanan milik siapa
"Ironisnya, semua pengorbanan masyarakat ini tak jua membuat pemerintah menyadarkan Indorayon, yang sekarang bernama Toba Pulp Lestari (TP), untuk menghargai masyarakat lokal, dan pemerintah menghentikan operasi pabrik. Sebaliknya, protes masyarakat dinilai sebagai tindakan kriminal, anarkhi, melawan pemerintah dan pembangunan, dan dihadapi secara represif dengan kekuatan birokrasi, polisi dan militer. Salah satu kasus paling mutakhir ialah penebangan pohon kemenyan milik masyarakat Pollung. Humbang Hasundutan, yang mendapat protes keras petani kemenyan. Ini menunjukkan bahwa karakter perusahaan itu sama sekali belum berubah" (Arifin Telaumbanua)
"IIU/TPL merupakan wujud ideologi Neo liberalisme-kapitalisme. Kapitalisme adalah keserakahan. Selama pemerintah berkiblat ke Neo liberalisme dan kapitalisme sejauh itu juga tidak ada keperpihakan pada kesejahteraan rakyat. Kapital tidak mengenal kata cukup. Kapital bisa membayar polisi, dan pemerintah..." Setelah Kapolres, pergi kami diinterogasi oleh seorang polisi Juru Periksa (Juper). Juper itu membentak dan mencaci maki saya. 'Mentang-mentang sudah ngomong dengan Kapolres, kau pikir kau sudah hebat; karena kau mahasiswa sok hebat; gara-gara kalian saya tidak istirahat; jangan kau tengok-tengok. di mana kau taruh matamu, 'itulah antara lain kata-kata yang dilontarkan oleh Juper itu. Selanjutnya saat pemeriksaan, Juper berulang kali menanyakan kenapa saya diperiksa? Saya tetap katakan 'tidak tahu'. Akhirnya Juper itu mengatakan 'karena melanggar keterlibatan umum'," (Saurlian Siagian)
"Meraka pernah melemparkan ikan mati ber ton-ton ke truk Indorayan karena merasa kesal. Masyarakat menunjukkan kepada pihak Indorayan bahwa limbahnya telah menyebabkan kematian ikan mas yang tidak sedikit jumlahnya. Tetapi, Indorayon menutup mata dan telinga, tidak peduli pada keluhan masyarakat, "ujar Ompu Tulus dengan wajah sedih dan suara bergetar (Pindo br. Sitorus)
SAYA beberapa kali dipukuli aparat saat aksi. tetapi itu tidak membuat saya kapok. Sebaliknya, itulah yang mendorong saya untuk mau mendampingi petani yang ada di Prosea, yang saya lihat punya nasib yang sama dengan mahasiswa. Mereka menghadapi kekerasan Militer. Adanya kesamaan visi pribadi dan lembaga membuat saya lebih percaya diri dalam melakukan pendampingan terhadap masyarakat korban Indorayon yang menolak TPL. Kelompok korban pembangunan itu harus dibela haknya"(Surung Gunawan Simanjuntak)
"Dalam sebuah dialog interaktif yang diprakarsai Bakumsu di Medan, Maret 2003, Pastor Silaen mengawali gagasannya dari nas Alkitab Perjanjian Lama; 'Berbasuhlah dan bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan jahat dari depan mataKu, Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik, usahakanlah keadilan orang kejam, belalah hak-hak anak-anak yatim ... mari kita berperkara firman Tuhan, sekalipun dosamu merah seperti sirih, akan putih seperti kapur'." (Pastor Silaen)
BPP00008030 | 305 ORA | Badan Penelitian Pengembangan Kemdagri | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain