Text
Falsifikasi demokrasi: berpikir ulang demokrasi
Tulisan dalam buku ini lahir dari kegalauan penulis yang melihat demokrasi dengan segala sendi yang membangunnya seolah menjadi sebuah konsep, bahkan teori yang mampu memecahkan segala persoalan yang menimpa bangsa-bangsa di dunia. Bahkan demokrasi menjadi sebuah alat yang sangat ampuh untuk mengukur sebuah negara dikatakan mampu dewasa dalam berpolitik. Demokrasi dengan segala rangkaian tragedi kemanusiaan yang mendahuluinya, seolah menjadi alat untuk melegalkan tindakan ‘represif’ sebagian negara kepada sebagian negara lainnya.
Adanya perbedaan ideologi politik dunia dengan pemaksaan dalam menganut ideologi tertentu, akan menyebabkan perbenturan peradaban, yang merupakan akibat buntunya dialog yang dibangun oleh berbagai ideologi, sehingga perbedaan pemikiran berlanjut menjadi perbedaan lewat aksi kekerasan fisik.
Ideologi politik sebuah negara sebenarnya bukan sebuah masalah, asalkan rakyat negara itu sudah merasa nyaman dengan ideologi tertentu. Jika ada yang mengkritik, wajar saja, namun tidak perlu mengganti ideologi tersebut dengan jalan revolusi berdarah dan perang saudara.Demokrasi dengan segala bentuk pelaksanaannya ternyata tidak sesuai dengan harapan, dapat dilihat dari praktek demokrasi yang berbuah pada ancaman diintegrasi bangsa, konflik lokal di daerah, politik biaya yang mahal,korupsi kepala daerah dan anggota legislatif, dan lain-lain.
Buku ini mengulas dengan sederhana beberapa bentuk konkret dari falsifikasi demokrasi, seperti pemilihan kepala daerah secara langsung, yang menemui banyak kekurangan di sana sini; dinamika organisasi masyarakat (ormas) dalam negara demokrasi; dan hubungan demokrasi dan birokrasi yang buruk.
BPP00007020 | 321.8 MOH f | Badan Penelitian Pengembangan Kemdagri | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain