Text
Penjaja dan raja: perubahan sosial dan modernisasi ekonomi di dua kota indonesia
Pembuka buku ini menggambarkan betapa sulitnya Indonesia untuk merangkak naik dari keterpurukan ekonomi pra dan pasca kemerdekaan dimana para pedagang pribumi “terpaksa” harus bersaing dengan pedagang dari luar yang masuk untuk mengambil alih pasar dalam negeri, belum lagi tekanan dari pemerintah pemerintah kolonial yang mempunyai hak-hak monopoli perdagangan. Mulailah pemerintah membuat rencana “Program Benteng” untuk kembali mengangkat derajat para pedagang pribumi dan mengurangi ketergantungan terhadap ekonomi asing, lalu disusul dengan dibangunnya beberapa lembaga ekonomi lainnya namun hal ini pun masih belum mampu untuk merealisasikan cita-cita yang diusung pada masa Kabinet Natsir. Sebagai reaksi atas desakan-desakan akibat tak kunjung terpenuhinya keinginan pedagang pribumi maka pemerintah Orde Baru melakukan usaha-usaha di bidang pembinaan antara lain dengan mengimplementasikan 2 lembaga yaitu PT Askrindo berfungsi untuk memberikan pinjaman dan PT Bahana yang memberikan kredit-kredit bagi perusahaan kecil yang sedang ataupun ingin mengembangkan usahanya, keunggulan yang dimiliki oleh kedua lembaga ini adalah tertutup dari penetrasi investasi asing dan hanya diperuntukkan bagi pedagang pribumi namun lagi-lagi menemui jalan buntu kala terjadi kesenjangan penghasil enterpreneurs di luar pulau Jawa dan sekitarnya.
Terdapat 2 kota yang memiliki pengaruh paling besar dalam hal perdagangan yaitu Mojokuto (Mojokerto) dan Tabanan (Bali). Hal-hal inilah yang tengah diselidiki oleh Prof. Clifford Geertz, seorang ahli antropologi yang terkenal dengan studi-studinya tentang Indonesia. Prof. Clifford Geertz mempunyai pandangan tersendiri terhadap 2 kota tersebut :
1. Mojokuto dan Tabanan adalah kota pusat administrasi, perdagangan, dan pendidikan, daerah subur, berpenduduk padat, serta sendi kehidupan utama ekonominya ditopang oleh sektor petanian umumnya, beras.
2. Kedua kota ini merupakan titik pertemuan antara kebudayaan barat dan timur, “modern” dan “tradisional”, dan karenanya keduanya menunjukkan adanya proses perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang fundamental.
3. Kedua kota ini menunjukan tahap pertumbuhan yang sama dari pada kehidupan organisasinya, yang juga sama terikat pada kehidupan politik dan ekonomi nasional yang serupa.
Hasil pengamatan yang intensif di di kedua kota yakni “Mojokuto” dan Tabanan, betapa kedua masyarakat kota tersebut dengan melalui proses sejarah pertumbuhan yang berbeda telah menghasilkan segolongan “entrepreneurs” yang mempunyai sikap dan tingkah laku ekonomi yang serupa. Di Mojokuto golongan ini muncul dari kaum santri yang memasuki sektor perdagangan yang umumnya sebagai pedangang kecil bersama dengan pertumbuhan ekonomi di daerah sekelilingnya kota itu. Sedangkan di Tabanan golongan ini mucul sesudah revolusi fisik dari kaum ningrat penguasa (priyayi).
BPP00004220 | 303.4 CLI p | Badan Penelitian Pengembangan Kemdagri | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain