Text
Reformasi administrasi: kajian komparatif pemerintahan tiga Presiden
Reformasi administrasi birokrasi yang telah dilakukan oleh Habibie, Gus Dur, Megawati, dan yang masih harus dilakukan
Birokrasi adalah alat Pemerintah untuk melaksanakan kebijakan dan programnya. Keluhan masyarakat biasanya terjadi karena ada kesenjangan menganga antara kebijakan yang muluk-muluk dan kinerja birokrasi yang tidak efisien, tidak efektif, dan tidak transparan. Lebih runyam lagi, birokrasi Indonesia termasuk yang paling korup di dunia dan alih-alih mengabdi pada kepentingan masyarakat, muncul kesan kuat bahwa dia lebih mengabdi dirinya sendiri, boros, dan lemah akuntabilitasnya.
Karena itu, cita-cita reformasi akan kandas bila tidak ada gerakan ke arah reformasi administrasi publik. Dengan demikian, tuntutan reformasi perlu menjadi salah satu agenda utama yang harus dijalankan oleh pemegang tampuk pemerintahan. Terlaksananya agenda reformasi administrasi ini pada gilirannya merupakan "batu uji" bagi kualitas kemampuan manajerial maupun kepemimpinan Presiden selaku kepala pemerintahan, berserta para birokrat pembantunya.
Buku ini mengkaji kebijakan yang telah dijalankan oleh tiga presiden pasca-Soeharto dalam proses reformasi administrasi publik: B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri. Sejumlah keberhasilan ditunjukkan, berikut kendala yang dihadapi oleh ketiga presiden, terutama pada ranah politik, ekonomi, dan hukum. Selain itu, buku ini juga memberi perspektif pelaksanaan reformasi administrasi yang masih harus diupayakan.
BPP00002995 | 351.598 MIS r | Badan Penelitian Pengembangan Kemdagri | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain