Text
Kultur Cina dan Jawa: pemahaman menuju asimilasi kultural
Dalam buku ini membahas perbedaan latar belakang budaya serta proses asimilasi yang secara langsung menyangkut banyak dimensi kehidupan masyarakat Jawa dengan Tionghoa.Di sini juga di jelaskan kebudayaan dan kehidupan masyarakat Tionghoa banyak dipengaruhi oleh Agama Budha yang banyak mengajarkan bagaimana menghindari penderitaan,selalu mengingat roda karma, Taoisme yang menilik sifat kesederhanaan hukum alam dan Ajaran konfusius yang mengajarkan tentang moralitas yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Ajaran yang membentuk masyarakat Tionghoa pada pola pikir , pola interaksi, dan interaksinya dengan orang lain.
Banyak nilai-nilai sosial budaya yang sama di kalangan masyarakat Jawa dan Tionghoa, seperti pandangan mereka tentang hakekat hidup, bahwa hidup itu sengsara, penuh dukkha, tetapi manusia harus berikhtiar, berusaha, hidup selaras dengan (hukum) alam. Mereka sama-sama mempunyai orientasi waktu masa lalu dan masa kini. Begitu pula terhadap sesama manusia, mereka pada dasarnya ingin hidup saling tolong-menolong .Dan juga mendambakan perdamaian dan kerukunan dengan sesamanya, saling menghormati, mempunyai etika kebijaksanaan yang berdasarkan moral, tidak menyukai dua dikotomis yang bersifat ekstrim dan berjaugan (Jalan Tengah) dan pada kesempatan-kesempatan tertentu masih mengandalkan perjodohan untuk menikahkan anaknya, serta kepercayaan-kepercayaan akan dunia mistis. Adanya kesamaan nilai-nilai kebudayaan akan mempermudah berlangsungnya proses asimilasi.
Hal yang membedakan antara nilai-nilai kebudayaan Jawa dan Tionghoa adalah nilai-nilai tentang hormat, etos tentang kerja dan nilai-nilai perkawinan. Pada orang Tionghoa nilai hormat lebih didasarkan pada usiadan hubungan kekeluargaan. Sedangkan pada orang Jawa nilai hormat lebih didasarkan pada derajat dan kedudukan seseorang dalam di dalam susunan hierarki sosial. Etos kerja pada kultur Tionghoa ditunjukan pada keluarga sedangkan pada kultur Jawa kurang begitu jelas orientasinya. Nilai tentang perkawinan pada kultur Tionghoa ditujukan pada keluarga, sedangkan pada kultur Jawa lebih merupakan orientasi pribadi.
Rasa saling menerima, memahami dan menghormati kedua kultur yang berbeda merupakan suatu konsekuensi yang harus diterima. Nilai-nilai sosial budaya didasarkan pada akar tradisi budayanya dapat berubah, tidak mutlak dan nilai budaya cenderung sulit dihapus dari ciri-ciri masyarakatnya.
BPP00002609 | 303.482 HAR k | Badan Penelitian Pengembangan Kemdagri | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain