Text
Masyarakat petani dan kebudayaan
Para ahli antropologi menjadi orang yang serba tahu tentang segala-galanya tentang ilmu-ilmu, mempelajari sesuatu tentang ekonomi, kehidupan keluarga dan agama suku-suku bangsa yang di pelajarinya. dari kenyataan ini dan dari kekecilan, konsistensi yang menyenangkan dari komunitas primitif, mengembangkan watak untuk memaparkan segala hal tentang suatu cara hidup. Sementara mereka yang mempelajari masyarakat-masyarakat berbudaya sadar ternyata mempelajari sekelumit dari suatu keseluruhan yang besar, perkampungan miskin kota, kejahatan, pola pemukiman, pemasaran desa. para ahli antropologi memaparkan
segala-galanya tentang suatu keseluruhan yang sangat kecil tersebut. Keseluruhan-keseluruhan yang kecil ini menunjukkan dirinya sebagai bagian-bagian yang terikat ketat satu sama lain, sedemikian rupa memegang satu bagian pada titik tertentu, sehingga seseorang merasa terpaksa juga untuk membahas bagian besar lainnya. bila di fahami sebagai kebudayaan, masyarakat primitif dilihat sebagai adat istiadat dan lembaga-lembaga di dalam suatu pola kehidupan yang unik.
Kini sudah biasa bagi antropologi untuk mempelajari suatu masyarakat yang berhubungan dengan atau yang menjadi bagian dari suatu sivilisasi atau negara kebangsaan. salah satunya buku yang di tulis oleh seorang antropolog prancis membandingkan sebuah desa perancis dengan sebuah desa di Utah. Ahli antropologi tidak lagi mempelajari masyarakat primitif terasing, tidak hanya mengarahkan pandangannya terhadap masyarakat-masyarakat yang membentuk sistem alamiah yang utuh, dan tidak lagi bekerja sendirian. kebiasaan kerjanya sedang mengalami perubahan mendalam karena adanya ekspansi cakrawala pokok masalahnya yang tiba-tiba dan meluas.
Para antropolog pernah mempelajari petani-petani cina, timur tengah, dan terutama di india. di dalam tiap kasus para peneliti melihat masyarakat kecilyang bukan terasing, yang tidak saja mempunyai hubungan kesampingakan tetapijuga hubungan dari atas ke bawah dengan anggota suku-suku yang lebih primitif, di satu pihak, dan dengan kota dan kota besar di pihak lain. Di beberapa tempat hubungan dua arah tersebut adalah logis dan memang ada. di sebagian Amerika latin dan India kaum petani benar-benar mempunyai hubungan dengan orang-orang kota, di satu pihak dan juga dengan orang orang yang lebih primitif yang belum menjadi petani. dalam setiap kasus hubungan logis pengantara hubungan petani dari atas ke bawah dapat di kenal dan kadang-kadang di kenal juga oleh para antropolog.
Masyarakat dan kebudayaan petani mempunyai sesuatu yang umum tentang hal itu. ini adalah sejenis pengaturan kemanusiaan dengan persamaan di seluruh dunia. Memasukkan pemburu nelayan dan penggembala dalm perbandingan akibat hubungan desa kota dibanding keterikatan petani agraria dengan tanahnya . akan tetapi tidak bisa melakukan segalanya dengan serentak. Pertanian adalah suatu mata pencaharian dan suatu cara kehidupan, bukan suatu cara kehidupan, dapat di katakan bahwa petani petani mengerjakan pertanian untuk penenanaman modal kembali dan usaha, dengan sudut pandang tanah sebagai modal dan komoditi. seorang melihat petani sebagai seorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan.
Tanah dan dirinya adalah bagian dari satu hal , suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama. cara berfikir seperti ini tidaklah menuntut petani agar dia memiliki tanah atau jenis-jenis penguasaan tanah tertentu atau bentuk-bentuk hubungan institusional tertentu dengan kaum bangsawan atau orang kota. Orang-orang desa di amerika latin secara sangat umum di bagi dlam datu jenis atau dua jenis, entah mereka adalah petani-petani eropa tang dimasukkan disana atau orang indian dalam suatu hubungan yang diperkembangkan secarra tidak kengakap oleh elite kota.
Para petani di dalam peradaban tua pribumi sepenuhnya seperti yang si katakan kroeber : sebagian masyarakat dengan sebagian kebudayaan. mereka adalah dimensi rural daripada kehidupan berbudaya yang biasa. Perbedaan yang sama antara orang desa yang lebih bersifat petani dan orang desa dengan hubungan budaya yang tidak lengkap dengan elitenya munculdalam sejarah eropa dan asia.
BAB II
Dalam mempelajari masyarakat primitive sebagai struktur social, para antropolog melihat pada jenis-jenis peranan dengan status-status yang menyertainya, yang diakui tradisi di dalam komunitas. Komunitas dianggap sebagai susunan berbagai peranan yang langgeng dan penting ini dan hubungan-hubungan konvensional diantaranya. Bila komunitas ini secara relative kompak dan terasing, para peneliti mendapatkan peranan dan hubungan-hubungan ini di dalam kelompok, pemukiman, atau suku yang di pelajarinya.
Dalam masyarakat primitive, kekerabatanlah yang sebagian memberikan sumbangan kepada kwalitas jaringan. Di beberapa di antaranya ada sejenis ketelatenan dan kekerabatan yang memungkinkannya meluas kepinggir komunitas local untuk memasukkan individu-individu yang baru saja ditemukan. Masyarakat petani sebagaimana dalam masyarakat primitive, kebanyakan mata rantai adalah kekerabatan, akan tetapi mata jalannya lebih lebar dan lebih longgar. Orang yang lebih primitive adalah orang yang kelihatannya akan memasuki industry modern dila industry tersebut didirikan di daerahnya. Kum tani yang memiliki tanah, dengan suatu cara hidup yang sudah ada dalam penyesuaian yang mantap dengan berbagai aspek kebudayaan, lebih berikap melawan indutrialisasi.[1]
Masyarakat-masyarakat dimana orang-orang desa secara jelas masih bersifat petani, maka medan social yang berbasis teritirial atau system, menyatukan kehidupan local dan kehidupan system feodal atau Negara, dan didalam masyarakat petani kedua bagian tersebut dibedakan secara jelas. Didasarkan serentetan unit-unit terdiri dari orang-orang yang berhubungan secara personal dan formal satu sama lain, disana hubungan kekerabatan dan ketetanggaan adalah hubungan yang lebih menguasai. Di puncak rentetan tersebut adalah orang-orang yang berada dalam hubungan impersonal dan formal satu sama lain. Sebagai suatu system hubungan social yang disusun secara hirarkis , masyarakat petani adalah dua paruhan yang berhubungan.
Di Bremnes (Norwegia), meskipun untuk sebagian besar orang-orang tidak lagi petanikehidupan local yang ditata secar teritoriallah yang memberikan masyarakat tersebut stabilitas. “Bidang-bidang yang sama diolah dari tahun ke tahun, tanah baru lambat launnya hanya di olah, sebagian besar orang tetap hidup dalam rumah yang sama dan mengolah tanah yang sama dari tahun ke tahun.[2] Di pedesaan India, di dalam masyarakat dan pembagian kerja yang besar, kebanyakan pertukaran pelayanan termasuk dalam status turun temurun dalam berbentuk kasta.
Di kota para petani menjadi penonton, di berbicara terutama dengan petani yang lain. Demikian dalam hal ini pun dunia petani dan dunia kota terpisah, meskipun dalam kenyataannya berhubungan. Di desa petani kehidupan komersial dan kehidupan pertanian bisa sangat berbeda dalam pola berfikir dan pola berperilaku.
Setiap masyarakat petani merupakan bidang kegiatan ekonomi tertentu yang sampai ke tingkat tertentu terpisah dari kesatuan kegiatan yang kuat terikat yang merupakn ciri khas masyarakat primitive terasing, medan ekonomi akhirnya mempunyai status analisis yang berbeda. Mereka yang mempelajari sosiologi pedesaan dan ekonomi pedesaan melukiskan wilayah-wilayah tempat salah datu jenis barang di jual dan wilayah-wilayah yang menarik pembeli yang datang ke pusat penjualan dan distribusi.
Ada dua belahan manusia yang membentuk seluruh masyarakat, yaitu kaum tani dan kaum elite yang lebih urban. Kedua jenis orang ini saling melihat kepada yang lain, di salam sambungan dalam masyarakat secara keseluruhan, dan memiliki sikap satu sama lain, yang melengkapi yang lainnya. Hubungan antara kedua jenis orang tersebut membatasi status relative yang satu terhadap yang lain. Jenis orang yang lebih rendah dalam hal tertentu, mengakui otoritas politik dari yang lain dan juga panduannya di dalam bidang moral.
Struktur social kaum tani dan masyarakat-masyarakat yang menyerupai petani meliputi hubungan pengaruh cultural dan contoh antara belahan elite dan belahan petani dari dari seluruh system social yang lebih besar. Tidak tepat ketika melukiskan hubungan ini hanya sebagai hubungan antara penguasa dengan yang dikuasai atau penghisap dan yang di hisap, meskipun unsure ini kelihatanya ada. Mereka yang mempelajarinya juga ingin melukiskan prestise dan penghinaan, rasa superiorotas atau inferioritas, dan contoh-contoh keistimewaan yang harus di samai atau kerendahan yang harus di hindari yang bias saja ada di dalam hubungan antara petani dan elite.
Komunitas primitive terasing tampak bagi orang yang mempelajari struktur social sebagai suatu system yang lebih sederhana dan kecil. Disana hubungan social adalah kompak, setara, dan sebagian besar personal. Dengan pertumbuhan dan kebudayaan hubungan social meluaskan dirinya keluar komunitas setempat, kehilangan banyak kongruensinya dan mengembangkan banyak ragam hubungan impersonal dan formal.
BAB III
Kebudayaan masyarakat petani, adalah otonom. Itulah aspek peradaban yang merupakan satu bagian. Jika dilihat sebagai suatu system sinkronik, maka kebudayaan petani tidak bias sepenuhnya dipahami dari apa yang berlangsung di dalam pikiran orang-orang desa sendiri. Desa petani mengundang untuk mengikuti jakur interaksi yang panjang antara komunitas tersebut dan pusat-pusat peradaban. Kebudayaan petani bersifat nyata.
Goerge Foster mengatakan bahwa salah satu dari perbedaan yang paling jelas antara masyarakat yang benar-benar primitive dan masyarakat jelata (petani) adalah bahwa yang disebut terakhir, selama berates-ratus tahun lamanya, telah mempunyai kontak yang konstan dengan pusat-pusat pemikiran intelektual dan kemajuan.
Keyakinan agama local dan upacara sama atau berbeda dengan keyakinan dan ritual kebudayaan hierarki religious yang dengan itu orang-orang desa berkomunikasi melalui imam-imamnya, guru-gurunya atau pengalaman-pengalaman dalam perjalanan. Akan tetapi prosedur untuk membuat laporan dan analisa komunikasi ini dan akibat-akibatnya, baik dalam menopang kebudayaan local atau dalam sumbangannya terhadap sejarah dan modifikasinya dan efeknya terhadap tradisi besar, masih harus di perkembangkan lagi.
Interaksi antara tradisi-tradisi besar dan kecil bias dilihat sebagai bagian dari struktur social komunitas petani dalam konteks yang di perbesar.dalam mempelajari masyarakat primitive dalam kemandiriannya yang khas , otonomi kemasyarakatan dan kulturalnya hamper tidak memperhatikan struktur tradisi. Secara dangat sederhan dalam beberapa imam, anggota komunitas kecil, sangat serupa dengan orang lain di dalamnya. Di dalam masyarakat primitive dan pra-literate tidak banyak di ketahui tentang sejarah kebudayaannya. Struktur tradisi dalam kalangan Zuni purba dilihat sebagi suatu divisi dari fungsi dalam komunitastribal dan dilihat sebagai sesuatu yang sekarang masih berjalan, bukanlah sebagai sejarah.
Kaum antropolog yang mempelajari salah satu dari masyarakat kecil ini mendapatkannya sebagai sama sekali tidak otonomdan akhirnya melaporkan dan menganalisanya dalam hubungannya, secara kemasyarakatan dan cultural, dengan Negara dan peradaban.
BPP00002605 | 306.4 ROB m | Badan Penelitian Pengembangan Kemdagri | Tersedia |
BPP00002604 | 306.4 ROB m | Badan Penelitian Pengembangan Kemdagri | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain