Text
Pemikiran politik Indonesia 1945-1965
Buku “Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965” merupakan buku yang berisi tentang berbagai peristiwa dan segala hal yang penting didalam jangka waktu tersebut. Pembicaraan dalam buku ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu berdasarkan jangka waktu, aliran pemikiran serta pertentangan-pertentangan tertentu. Argumentasi bahwa jangka waktu duapuluh tahun harus dibagi dalam tiga periode yaitu revolusi bersenjata Agustus 1945-Desember 1949, masa Liberal yang berlangsung hingga 1958-1959, serta masa Demokrasi terpimpin yaitu waktu kudeta dan kontra kudeta pada tangal 1 Oktober 1965. Pada dasarnya, pemikiran politik di Indonesia diawali oleh bangkitnya nasionalisme modern dalam tahun 1900-an dan 1910-an dimana sekelompok kecil mahasiswa dan cendekiawan menganggap bahwa masyarakat Indonesia saat itu sebagai masyarakat terbelakang dan mereka para cendekiawan menganggap diri mereka sebagai pemimpin dimasa mendatang. Akhirnya mereka mencurahkan tenaga serta pikiran mereka untuk membangun dan membela bangsa Indonesia ini dengan jalan yang disebut dengan pembaruan. Antara tahun 1945-1965 adalah masa dimana banyak peristiwa yang penting karena memiliki peranan besar dalam membangun Indonesia dimasa mendatang. Hal tersebut diantaranya mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari cengkeraman Belanda dan pertentangan-pertentangan politik yang terjadi didalam tubuh para pemikir dan juga pejabat Indonesia saat itu. Terlepas dari usaha mempertahankan kemerdekaan, peristiwa lainnya adalah usaha mempertahankan keutuhan bangsa dari gejolak-gejolak yang terjadi diberbagai daerah. Padahal pada saat itu juga pemerintah disibukkan oleh persoalan pemerintahan itu sendiri.
Buku ini mengatakan bahwa ada lima alirann dalam pemikiran politik Indonesia. Kelima pemikiran itu adalah Nasionalisme Radikal, Tradisionalisme Jawa, Islam, Sosialisme demokratis, dan Komunisme. Pada tahun 1926, Soekarno menulis tentang Nasionalisme, Islam, dan Marxisme sebagai tiga rumpun ideologi utama yang menaungi seluruh organisasi di Indonesia. Pada tahun 1955 terdapat empat partai besar yang mengikuti pemilu yaitu PNI, Masyumi, Nahdlatul Ulama, dan PKI. Dengan hal tersebut, orang membayangkan arena ideologi Indonesia dibagi menjadi empat, karena keempat partai tersebut memiliki dasar masing-masing yang tentunya berbeda antara satu sama lain. Tetapi pada dasarnya kaitannya antara partai-partai penting dengan aliran-aliran khusus pemikiran politik tidaklah lengkap. Akhirnya, terdapat dua aliran pemikiran yang penting, yaitu tradisionalisme Jawa dan sosialisme demokratis, yang tidak secara khas terpancang dalam salah satu dari keempat partai utama tersebut, sekalipun masing-masing berpengaruh sekedarnya didalam beberapa partai tersebut. Untuk itu, dibedakanlah lima aliran pemikiran yang hubungannya dengan sesama aliran, serta dengan keempat partai besar tersebut.
Klasifikasi lima aliran pemikiran ini nampaknya mendobrak kesemrawutan pandangan ideologi periode 1945-1965, sehingga menjadi kelompok-kelompok pemikiran yang lebih berarti dan harmonis. Disamping itu, adanya penggambaran konflik antara antara golongan kiri dan golongan kanan sejajar dengan ketegangan-ketegangan yang terdapat antara kelompok berhaluan modern dan yang berhaluan tradisionaldalam kedua tradisi utama ini.
Selain daripada lima aliran pemikiran politik, hal yang disoroti dalam buku ini adalah cara berpikir Indonesia yang khas. Dalam hal ini, dikatakan terdapat tiga cara berpikir yang khas dari orang-orang Indonesia. Yang pertama, pemikiran yang bersifat moralis, yang bercirikan kecenderungan untuk melihat masyarakat sebagai tidak berbeda-beda dan pemikiran ini bersifat optimis. Kebanyakan pemikir politik cenderung berpendapat bahwa tiada aspek politik yang termasuk daerah yang netral dilihat dari segi moralitas. Politik jarang dianggap sebagai suatu bidang dimana banyak terdapat paradoks dan ironi. Yang kedua yaitu pemikir-pemikir politik Indonesia cenderung untuk tidak melihat masyarakat mereka sebagai terbagi dalam beberapa golongan yang emiliki berbagai kepentingan yang berbeda-beda. pembagian yang bersifat saling mengisi antara para pemimpin dengan rakyat. Yang ketiga, pemikiran politik Indonesia umumnya bersifat optimis. Beberapa pemikir-pemikir yang bersifat agamis menyatakan bahwa mungkin sekali manusia sendirilah yang akan merusak rencana-rencananya yang paling muluk, tetapi ini merupakan pendapat minoritas. Ada kesan bahwa kebanyakan pemikir merasa sangat yakin akan masa depan negara mereka, jauh lebih yakin daripada orang Barat yang mengamati keadaan Indonesia waktu itu. Suatu bentuk tertentu dari optimisme adalah voluntarisme, atau anggapan bahwa segala sesuatu akan tercapai, asal dihadapi dengan pikiran yang jernih, itikad baik, penuh keyakinan, serta solidaritas persaudaraan.
Buku ini memiliki galian pengetahuan yang cukup terkait masalah atau pembahasan pemikiran politik antara tahun 1945-1965. Yang paling disoroti adalah masalah kelima aliran pemikiran dengan penekanan bagaimana kelima aliran itu berhubungan dengan keempat partai besar pada saat itu. Buku ini juga menunjukkan peranan sejumlah nama besar pemikir politik. Namun kelemahan dari buku ini adalah dalam mewakilkan pemikiran politik dari kalangan tentara. Diamping itu juga terdapat banyak kekeliruan dalam cara mewakilkan Islam dalam buku ini seperti halnya pemikiran kelompok santri kurang terwakili dalam buku ini. Namun secara garis besar, buku ini telah mewakilkan seluruh peristiwa penting antara periode 1945-1965 dalam hal politik yang jika diamati pada periode tersebut perpolitikan di indonesia terasa mempesona dan menegangkan.
BPP00002253 | 959.8 HER p | Badan Penelitian Pengembangan Kemdagri | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain