Text
Perang Palembang melawan VOC
Munculnya konflik di Kesultanan Palembang tidak dapat dilepaskan dari faktor
ekstern yaitu keinginan Inggris (Raffles) untuk menguasai Palembang yang sangat
terkenal kaya. Kekayaan tersebut berasal dari pertambangan dan perkebunan, serta
hasil hutan. Penolakan Sultan Mahmud Badaruddin II atas keinginan Inggris
menggantikan posisi Belanda pasca di daerah ini, menjadi alasan bagi bangsa tersebut
untuk melakukan ekspedisi militer. Keinginan tersebut menjadi “mudah” dengan
adanya kesepakatan antara panglima perang Gillespie dan Pangeran Adipati, selaku
panglima perang Palembang pada waktu itu. Inilah awal konflik berkepanjangan di
Kesultanan Palembang. Konflik itu semakin meluas dengan terlibatnya Belanda
pascatraktat London (1814). Akibatnya kedua bangsa (Inggris dan Belanda) tersebut
berhadap-hadapan di wilayah Kesultanan Palembang. Kehadiran kembali Belanda di
Kesultanan Palembang dengan berbagai kebijakan politiknya, menyebakan kedua
bangsa terlibat tiga kali peperangan. Setelah dua kali mengalami kemenagan melawan
Belanda, pada peperangan yang terakhir penguasa Palembang harus mengakui
keunggulan Belanda. Ini lah awal penguasa Palembang selanjutnya tidak lebih
hanyalah “boneka” Belanda. Perlawanan yang dilakukan oleh sultan terakhir (Sultan
Ahmad Najamuddin Prabu Anom) menyebabkan pemerintah kolonial Belanda
menghapuskan Kesultanan Palembang.
BPP00002181 | 900 PER | Badan Penelitian Pengembangan Kemdagri | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain