Text
Logika: filsafat berpikir
Logika kami indonesiakan “filsafat berpikir”. Yang berpikir itu manusia dan berpikir merupakan tindakan manusia. Tindakan ini mempunyai tujuan, yaitu untuk tahu.
1. Tugas Logika
Bagaimanapun hal tahu manusia itu dipersoalkan. Teranglah bahwa manusia itu tahu. Tahu ini bukanlah suatu alat atau daya pada manusia yang dipunyainya sejak lahir seperti mata, telinga atau alat indra lainnya, melainkan tahu itu merupakan suatu tindakan, yang mempunyai hasil yang disebut orang dengan pengetahuan. Adapun alat atau dayanya disebut “pikir, budi atau akal”. Dalam bahasa kita mempergunakan daya ini disebut berpikir. Berpikir ini tidak dijalankan manusia sejak lahirnya, walaupun kemampuannya ada, jadi berpikir itu pada manusia adalah secara potensial. Pada suatu ketika manusia berpikir juga secara aktual.
Ternyata berpikir itu tidak amat mudah, mungkin orang salah dalam berpikir itu, bukan pengetahuannya yang salah, melainkan jalan pemikirannya yang tidak lurus, tidak menurut aturan. Misalnya kalau dikatakan terhadap seseorang yang berbelanja agar berlebih-lebilahan serta tak menawar-nawar: ‘ah itu orang jakarta’, hal yang demikian itu disebut tidak logis sebab walaupun mungkin benar, bahwa orang yang berbelanja demikian itu orang jakarta, tetapi tidak benarlah, bahwa ia bertindak demikian itu karena (demi) ia orang jakarta. Tidaklah semua orang jakarta dan tiap-tiap orang jakarta selalu bertindak demikian, walaupun ia berbelanjapun jika orang hendak membuktikan, bahwa tuhan itu ada dengan mengatakan: karena ‘manusia itu ciptaan Tuhan’ sebab yang di minta justru bukti mengapa tuhan harus ada, dan oarang menyajikan, bahwa tuhan itu (tanpa bukti) ada, malahan Tuhan itulah yang menciptakan manusia.
Jadi rupa-rupanya adalah aturan berpikir yang tak boleh dilanggar. Suatu tugas ilmiah mencari aturan berpikir ini, supaya diketahui, kalau ada pelanggaran aturan atau penyelewangan dari jalan berpikir yang lurus. Dicobalah oleh para ahli pikir, untuk memenuhi tugas itu, hasilnya memang bermanfaat sekali bagi manusia yang hendak berpikir. Pengetahuan itu merupakan bagian filsafat dan di sebut logika. Tugas logika adalah memberikan penerangan bagaimana orang seharusnya berpikir. Ada yang menyebut, bahwa logika itu mengutarakan teknik berpikir, yaitu cara yang sebenarnya untuk berpikir.
2. Obyek Logika
Oleh karena yang berpikir itu manusis, maka harus dikatakan, bahwa lapangan penyelidikan logika adalah manusia itu sendiri. Tetapi manusia disoroti dari sudut tertentu, ialah budinya. Budi atau pikiran ini masih juga disoroti dari beberapa sudut. Semua pertanyaan yang bersangkutan erat dengan budi manusia, sehingga dapatlah semuanya disebut logika, dan karena ada bermaam-macam sudut penyorotan, maka ada bermacam-macam logika pula, serta ada yang memberikan, serta ada yang memberikan nama yang bermacam-macam juga. Bermacam-macam logika itu berlainan satu sama lain, disebabkan oleh karena obyek formannya lain.
Adapun yang kami maksud disini dengan istilah logika, ialah filsafat budi (manusia) yang mempelajari teknik berpikir, untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir dengan semestinya (dengan seharusnya). Jadi obyek formal logika ialah mencari jawab : bagaimana manusia dapat berpikir dengan semestinya.
3. Manusia dan pengetahuan
Manusia berpikir itu untuk tahu. Kalau ia berpikir tidak semestinya mungkin ia tidak mencapai pengetahuan yang benar. Tak seorangpun mencita-citakan kekeliruan, ia ingin mencapai kebenaran dalam tahunya itu. Adapun manusia, kalau tahu tentang sesuatu, ia mengakui sesuatu terhadap sesuatu itu. Kalau orang tahu tentang sebuh rumah (sesuatu), mungkin ia tahu juga, bahwa rumah itu besar atau kecil. Maka besar atau kecil ini diakui hubungannya dengan rumah itu. Manusia mengakui, tidak membuat hubungan itu. Ada kemungkinan, bahwa ia mengakui hubungan yang tida ada, maka kelirulah ia. Pengakuan sesuatu terhadap sesuatu ini merupakan dasar pengetahuan, malahan itu sebetulnya pengetahuan. Pun dalam hal yang amat sederhana, klu orang megatakan: ‘itu rumah’. Disini pun ada pengakuan sesuatu (rumah) terhadap sesuatu (hal yang dihadapinya), sehingga tanpa mengubah maksud, boleh juga dikatakan: ‘hal yang saya hadapi itu : rumah’. Memah harus diakui, menurut bentuknyamungkinlah pengetahuan ada yang positif dan ada yang negatif. Tetapi sekali lagi dasar pengetahuan adalah positif, sebab jika ada sesuatu yang dihubungkan dengan sesuatu kedua “sesuatu” haruslah positif!
4. Logika dan bahasa
Sebagai bentuk berpikir bahasa memang harus boleh disebut penjelmaan berpikir. Akan tetapi bahasa itu sebagai alat, bisa juga mempengaruhi berpikir sebagai penjelmaan berpikir, bahasa menampakan manusia. Itu sebabnya maka ada bermacam-macam bahasa yang berlainan susunan dan bentuk kalimatnya pun pembentukan kata-katanya.
Bukanlah tugas logika untuk menyelidiki bahasa, walaupun bagaimana eratnya hubungan logika dengan bahasa. Kami majukan disini barang sedikit soal bahasa, karena bahasa adalah pencerminan dan alat berpikir. Tugas logikan adalah meneropong berpikir ini dan mencoba memberi penerangan bagaimana manusia dapat berpikir dengan semestinya. Atau boleh dikatakan sebagai manusia harus berpikir lurus, tentu sengan harapan supaya dengan kelurusan berpikir ini, dapat mencapai kebenaran, tetapi bukanlah maksud logika pula untukmenelaah soal keenaran, sebab itu tugas bagian filsafat lain. Manusia yang mau menjalankan pikirannya bertolak dari sesuatu adalah beberapa dasar berpikir yang tak boleh di abaikan.
BPP00002001 | 160 POE l | Badan Penelitian Pengembangan Kemdagri | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain